Kamis, 14 Mei 2009

Wudhu Rasulullah saw

Setiap hari kita selalu bersuci, agar badan kita terhindar dari najis. Bersuci dapat disebabkan oleh berbagaiaasan, misalnya setelah junub maupun sebelum melakukan sholat. Bahkan Rasulullah saw pun menganjurkan kepada kita gar selalu bersuci setiap saat.

Salah satu bentuk dari thaharah (bersuci) adalah dengan melakukan wudhu. Sedikitnya, kita lima kali mengambil wudhu, setiap sebelum menghadap Allah SWT. Tentunya kegiatan wudhu ini sudah menjadi hal yang tidak asing lagi bagi kita. Terlebih lagi, banyak sekali tuntunan dan tata cara berwudhu yang dapat kita pelajari dari berbagai media.

Namun, sudah sesuaikah tata cara wudhu kita dengan cara wudhu Rasulullah saw? Bagaimanakah cara-cara wudhu yang diajarkan oleh Rasulullah saw?
Gerakan wudhu yang diajarkan oleh Rasulullah saw ini sering dipraktekkan oleh para sahabat. Salah satu sahabat yang mempraktekkan cara wudhu Rasulullah saw adalah Utsman bin Affan ra. hal ini diceritakan oleh bekas budak Beliau yang bernama Humran:

Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu meminta air wudhu. (Setelah dibawakan), ia berwudhu: Ia mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidungnya, kemudian mencuci wajahnya tiga kali, lalu membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, kemudian membasuh tangannya yang kiri tiga kali seperti itu juga, kemudian mengusap kepalanya lalu membasuh kakinya yang kanan sampai kedua mata kakinya tiga kali kemudian membasuh yang kiri seperti itu juga. Kemudian mengatakan,“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berwudhu seperti wudhuku ini lalu Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian berdiri dan ruku dua kali dengan sikap tulus ikhlas, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.’” (Muttafaq ‘alaihi)

Dari riwayat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa gerakan wudhu yang dilakuakn dan diajarkan oleh Rasulullah saw terhadap umat muslim adalah sebagai berikut:

1. Niat dalam hati
“Sesungguhnya amal ibadah itu tergantung dari niat”. Kalimat tersebut tentu sudah sering kita dengar, bahkan sudah “mendarah daging” pada diri kita. Demikian pula halnya dengan wudhu. Namun niat itu hanya kita ucapkan dalam hati, tidak perlu dilafadzkan. Sebab, Rasulullah saw tidak pernah melafalkan niatnya melalui lisan.

2. Membaca basmallah

3. Membasuh kedua tapak tangan

4. Berkumur dan membasuh hidung

Kita sering memisahkan bagian ini. Sering kita berkumur lebih dahulu. Setelah berkumur, baru kita membasuh hidung kita. Padahal Rasulullah mengajarkan kepada kita agar menyatukan kedua gerakan tersebut. Saat kita berkumur, kita sekaligus memasukkan air ke dalam hidung dengan tangan kanan, dan mengeluarkannya dengan tangan kiri.

5. Membasuh muka
Yang dimaksud dengan muka adalah seluruh bagian wajah, mulai dari telinga kanan hingga telinga kiri, dan mulai dari tempat tumbuhnya rambut hingga dagu. Jika kita memelihara jenggot, maka jenggot tersebut wajib untuk dibasuh, hingga ke sela-selanya.

6. Membasuh kedua tangan, dimulai dari tangan kanan
Basuhan yang sempurna adalah basuhan yang dimulai dari ujung-ujung jari hingga siku, kemudian menggosok-gosok lengan, membasuh siku dan membersihkan sela-sela jemari. Setelah tangan kanan selesai, baru dilanjutkan membasuh dengan cara yang sama untuk tangan kiri

7. Mengusap kepala dan telinga
Yang sering dilakukan oleh umat muslim pada umumnya adalah (lagi-lagi) memisahkan gerakan mengusap rambut dan telinga. Padahal Rasulullah saw memberikan ciontoh dengan sekali gerakan, untuk menusap rambut kepala dan sekaligus telinga. Pengusapannya pun hanya dilakukan satu kali, lain dengan anggota wudhu yang lain, yang dilakukan sebanyak tiga kali.
Praktek yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membasahi kedua telapak tangan dengan air, kemudian mengusap mulai dari kepala bagian depan, diusap sampai ke belakang, kemudian dibalikkan lagi usapan itu ke depan dan langsung dilanjutkan mengusap telinga dengan cara memasukkan jari telunjuk ke lubang telinga sedangkan ibu jari mengusap daun telinga bagian luar.

8. Membasuh kedua kaki, dimulai kaki sebelah kanan
Membasuh kaki secara sempurna adalah dengan cara membasuh ujung-ujung jari kaki sampai mata kaki, mencuci mata kaki dan membersihkan sela-sela jari kaki. Setelah selesai membasuh kaki kanan, maka dilanjutkan dengan kaki kiri dengan cara yang sama.
Sesudah wudhu, disunnahkan untuk membaca dzikir/doa. Banyak jenis dzikir yang dapat kit abaca saeusai wudhu.

Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan kita, dan membuat ibadah yang kita lakukan dapat lebih sempurna disbanding sebelumnya. Amin

Wallahu a’lam

(www.syahadat.com)



Selengkapnya...

Sholat Sunnah Wudhu

Salah satu jenis sholat yang disunahkan untuk dikerjakan oleh umat Islam adalah sholat sunnah wudhu. Sholat sunnah yang terdiri dari dua rakaat ini dikerjakan setelah berwudhu. Sholat sunnah wudhu juga biasa disebut dengan sholat syukrul wudhu.

Sholat sunnah wudhu merupakan salah satu jenis sholat sunnah yang sangat mudah dan ringan untuk dikerjakan. Sholat ini hanya terdiri dari dua rakaat dan dapat dikerjakan kapanpun setelah mengambil wudhu, di luar waktu-waktu yang diharamkan untuk mengerjakan sholat.

Setelah berwudhu dan membaca doa setelah wudhu sebagai berikut;
“Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wahdauu laa syarika lahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu. Allahummaj’alnii minat-tawwaabiina waj’alnii minal mutathahiriina waj’alnii min ‘ibaadikash-shaalihiin.”
Artinya: “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang ahli taubat, dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang saleh.”

Kemudian berniat di dalam hati untuk mengerjakan sholat sunnah wudhu. Seperti halnya sholat sunnah yang lain, pada rakaat pertama membaca surat Al fatihah dan dilanjutkan dengan surat yang lain (yang dihafal), begitu juga pada rakaat yang kedua.

Sholat sunnah wudhu adalah salah satu jenis sholat sunnah yang sangat mudah dan ringan, karena hanya terdiri atas dua rakaat saja. Meskipun demikian, ternyata keringanan dan kemudahan itu justru membuat kebanyakan umat muslim enggan dan telah mengabaikan sholat sunnah tersebut. Padahal, barang siapa yang senantiasa mendawankan sholat sunnah wudhu dengan ikhlas, insya Allah akan mendapatkan ganjaran yang besar dari Allah swt, sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut:

“Rasulullah berkata kepada Bilal: Ceritakanlah kepadaku amal apa yang amat engkau harapkan dalam Islam, sebab aku mendengar suara kedua sandalmu di surga? Bilal menjawab: Tidak ada amal ibadah yang paling kuharapkan selain setiap aku berwudhu baik siang atau malam aku selalu shalat setelahnya sebanyak yang aku suka” . (HR Bukhari)

Wahai para muslim, sholat adalah tiangnya agama, dan sholat sunnah adalah penyempurna bagi sholat fardhu. Dan tidak ada amalan seberat zarrah pun, baik itu buruk maupun baik, Allah swt pasti akan memberikan balasan-Nya. Untuk itu, marilah kita mulai untuk sama-sama membiasakan mengerjakan sholat sunnah wudhu dengan ikhlas dan penuh harap atas rahmat dan ampunan Allah swt.

Demikian

Wallahua’lam

(www.syahadat.com)



Selengkapnya...

Rahasia Sholat Berjamaah

Satu pemandangan yang kini tengah menjadi sebuah ironi di dalam perjalanan Islam adalah semakin banyak dan bertaburannya masjid dan musholla di mana-mana, sedangkan penghuninya hilang entah kemana. Satu ironi yang tampaknya sangat tidak masuk akal. Betapa tidak, masjid dan musholla selalu sepi di lima waktu sholat fardhu, padahal tempat ibadah tersebut berdiri di tengah-tengah padatnya rumah penduduk yang mengaku beragama Islam.

Kekuatan jamaah sudah tidak dapat dilihat lagi dihampir seluruh masjid dan musholla. Dunia telah banyak melenakan umat Islam dari sholat berjamaah. Padahal, sosok mulia Rasulullah Muhammad saw yang merupakan satu-satunya uswah sentral kaum muslimin saja hampir tidak pernah melewatkan sholat fardhu berjamaah di masjid sepanjang hidupnya. Bahkan, ketika beliau dan para sahabat serta para pengikutnya tengah berada dalam peperangan, beliau masih istiqomah untuk menjalankan sholat berjamaah bersama dengan para sahabat beliau.

Kebanyakan umat muslim pada saat ini seperti telah kehilangan pedoman dan panutan. Seakan, mereka telah memiliki panutan lain selain Rasulullah saw.

Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah meskipun dalam keadaan genting seklipun. Seberapapun hebatnya perang yang tengah dihadapi oleh Rasulullah saw dan para sahabat, namun sholat berjamaah tetap beliau tegakkan bersama dengan para sahabat. Cobalah sejenak kita renungkan kisah yang terdapat di dalam hadits riwayat Imam Muslim berikut:

“Suatu ketika datanglah seorang laki-laki buta kepada Rasulullah saw dengan tujuan untuk meminta keringanan dalam sholat berjamaah karena kebutaan yang ada pada dirinya. Lelaki yang buta tersebut berkata kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, aku adalah seorang yang buta, tidak ada seorang penuntun yang dapat menuntunku ke Masjid, maka bolehkah aku tidak sholat dengan berjamaah dan cukup bagiku sholat di rumah saja?" Seketika Rasulullah saw memberi keringanan kepada lelaki tersebut sebagaimana yang ia pinta, namun ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah saw memanggilnya kembali dan bertanya kepadanya, "Apakah kamu mendengar adzan panggilan sholat?" Orang buta itu menjawab, "Ya". Maka Rasulullah saw pun bersabda, "Kalau begitu, sambutlah (berangkatlah sholat berjamaah)"". (HR. Muslim).

Dari hadits di atas dapat kita lihat betapa Rasulullah saw sangat menekankan umatnya untuk senantiasa mengistiqomahkan sholat fardhu berjamaah di dalam masjid (musholla). Bahkan tidak ada keringanan bagi seorang buta yang tidak ada penuntunnya sekalipun untuk meninggalkan sholat fardhu berjamaah, selama ia masih dapat mendengar suara adzan dan masih mampu untuk bergerak ke tempat dimana adzan tersebut berkumandang. Namun, betapa ironisnya keadaan sebagian umat muslim saat ini. Mereka tidak buta dan mereka dapat mendengarkan adzan dengan baik, bahkan masjid itu bersebelahan dengan dinding rumahnya, tapi mereka masih lebih memilih menonton tayangan televise daripada memenuhi panggilan untuk sholat berjamaah. Mereka tidak dalam keadaan perang sebagaimana telah dialami Rasulullah saw dan para sahabat terdahulu, namun mereka membiarkan masjid dan musholla sepi, seperti sepinya kuburan. Sebagian besar umat muslim saat ini bersikap seolah-olah mereka adalah umat yang keadaannya lebih buruk dan lebih menderita dari seorang buta yang tidak memiliki seorang penuntun pun.

Tekanan Rasulullah saw terhadap umat Islam berkenaan dengan sholat berjamaah ini juga terdapat di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh aku pernah akan menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan untuk shalat, lalu adzan pun dikumandangkan. setelah itu, aku menyuruh orang untuk menjadi imam shalat berjamaah. Lalu aku pergi ke rumah orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, dan aku bakar rumah mereka saat mereka berada di dalamnya. " (HR: Bukhori Muslim).

Lihatlah, betapa Rasulullah saw sangat geram dan tegas dalam menyikapi orang-orang muslim yang enggan meninggalkan rumahnya untuk menuju masjid (musholla) guna melaksanakan sholat fardhu berjamaah. Hal ini karena tentunya beliau mengerti betapa hebatnya keutamaan yang terdapat di dalam sholat berjamaah tersebut. Allah swt telah berfirman di dalam Al Quran, yang artinya:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku” (QS. Al-Baqarah: 43).

“…rukulah bersama orang-orang yang ruku”, kalimat ini jelas merupakan satu perintah untuk mendirikan sholat secara berjamaah.

Wahai saudaraku di dalam Islam, tidaklah Allah swt dan Rasulullah saw menetapkan satu aturan (perintah atau larangan), melainkan di dalamnya tersimpan keutamaan yang sangat besar bagi umat manusia, khususnya umat Islam itu sendiri. Maka, ketika Allah swt dan Rasulullah saw telah memerintahkan kita untuk senantiasa mendirikan sholat berjamaah, yakinlah bahwa perintah tersebut tidak akan merugikan kita. Justru perintah itulah yang akan memberikan keuntungan yang tidak terhitung jumlahnya dan tidak terukur besarnya bagi kita.

Sholat berjamaah merupakan salah satu bentuk ibadah yang tentunya memiliki begitu besar dan banyak keutamaan bagi umat muslim. Rasulullah saw, melalui beberapa sabdanya telah memberikan rahasia seputar keutamaan yang terdapat di dalam sholat berjamaah kepada umatnya, yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pahala berlipat ganda
Mungkin, kita tidak mengerti dengan pasti mengenai apa dan bagaimanakah yang dimaksud dengan pahala itu. Namun, tentunya tidak akan ada yang menolak jika ditawarkan pahala oleh Allah swt dengan mudah, bahkan setiap manusia normal pasti menginginkan pahala yang berlipat-lipat. Inilah salah satu keutamaan yang terdapat di dalam sholat berjamaah, yaitu mendapatkan pahal yang berlipat-lipat.

Orang yang sholat berjamaah akan mendapat pahala 27 derajat dibanding sholat sendirian. Rasulullah saw bersabda, "Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat" (HR: Bukhori Muslim).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa dengan sholat berjamaah akan meningkatkan kualitas sholat kita menjadi 27 kali lipat dibandingkan dengan sholat sendirian (munfarid).

2. Menghapus dosa dan Mengangkat derajat
Subhanallah! Betapa dahsyat keutamaan yang terdapat di dalam sholat berjamaah, sehingga dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat orang-orang yang mengistiqomahkannya. Rasulullah saw bersabda, "Apabila dia wudhu sempurna, kemudian keluar menuju ke masjid dengan niat hanya untuk shalat, maka setiap kali ia melangkah, derajatnya dinaikkan dan kesalahan dosanya dihapuskan" (HR: Bukhori Muslim).


3. Didoakan malaikat
Keutamaan sholat berjamaah yang selanjutnya adalah mendapatkan doa dari para malaikat. Betapa tidak meragukannya jika para malaikat yang merupakan makhluk ciptaan Allah swt yang selalu taat kepada-Nya, memohonkan ampun bagi kita. Secara logika, bagaimana mungkin Allah swt akan menolak doa hamba-Nya yang selalu taat kepada-Nya dan tidak pernah menyekutukan-Nya walau sedikitpun.

Rasulullah saw bersabda, "Malaikat akan senantiasa memohonkan ampun dan rahmat untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya dan tidak berhadast. Malaikat berkata,"Ya Allah, ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia"" (HR: Bukhori Muslim).

4. Terhindar dari penguasaan syaithon
Sholat berjamaah akan menghindarkan seseorang bahkan sekelompok orang dari pengaruh-pengaruh jahat syaithon yang terkutuk. Syaithon tidak akan pernah mampu mengalahkan dan mempengaruhi orang-orang yang senantiasa mengistiqomahkan sholat berjamaah. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah tiga orang berada di suatu desa atau kampung lalu mereka tidak melakukan shalat berjamaah, kecuali mereka telah dikuasai oleh syetan" (HR: Abu Daud).

5. Ketentraman dan persatuan
Tidak ada seorang pun yang tidak menginginkan kehidupan yang penuh dengan kedamaian,ketentraman, dan penuh dengan ukhuwah. Ketenangan dalam hidup yang heterogen terkadang satu hal yang sulit untuk didapatkan. Ketentraman dalam kehidupan yang penuh dengan keragaman merupakan satu harapan yang selalu ada, namun terkadang berat untuk mewujudkannya. Di sinilah Rasulullah saw kembali menyampaikan salah satu rahasia keutamaan dari sholat berjamaah.

Jika satu penduduk atau kelompok dapat mengistiqomahkan sholat berjamaah, maka Allah swt akan memberikan ketentraman dalam kehidupan mereka. Persatuan dan ikatan persaudaraan akan terus menguat dan tidak akan mudah terpecah belah. Rasulullah saw bersabda, "Karena itu shalatlah dengan berjamaah, karena srigala itu hanya menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya (jamaahnya)" (HR: Abu Daud).

Subhanallah! Indah nian rahasia yang tersimpan dibalik perintah sholat berjamaah. Luar biasa Allah swt dalam memberikan balasan bagi setiap manusia yang senantiasa mengikuti segala ketetapan-Nya. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mengistiqomahkan sholat berjamaah dan taat atas segala ketetapannya. Amin.

Wallahua’lam

(www.syahadat.com)



Selengkapnya...

Jilbab Yang Sesuai Syariat

Seperti yang telah kita ketahui, jilbab adalah pakaian yang wajib bagi wanita muslim. Namun, sekarang ini banyak sekali model jilbab yang dikenakan dengan berbagai variasi. Hal ini boleh-boleh saja selama jilbab yang dikenakan tersebut benar dan sesuai dengan syariat islam. Bagaimanakah jilbab yang sesuai dengan syariat itu?

Menutupi seluruh tubuh
Memakai jilbab tidak boleh asal memakainya, seperti yang banyak kita lihat, muslimah memakai jilbab hanya sebatas menutupi rambut dan leher. Itupun digulung dan dimasukkan ke dalam kerah baju. Mengenakan jilbab yang sesuai syariat adalah yang menutupi seluruh tubuh.
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. "Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Al Ahzab : 59)

Tebal/tidak tipis
Rasulullah saw bersabda: “Akan ada nanti di kalangan akhir umatku para wanita yang berpakaian tapi hakikatnya mereka telanjang… Kemudian beliau bersabda lagi: “…laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka itu terlaknat”. (HR. Ath Thabrani)
Mengenakan jilbab yang tipis sama saja dengan menampakkan lekuk tubuh. Jilbab harus tebal sehingga semua bagian tubuh/aurat tidak nampak. Apabila terpaksa harus memakai jilbab tipis, kenakanlah kerudung dalaman atau bergo untuk menutupi rambut.

Lebar dan tidak sempit
Jilbab harus lebar, tidak boleh sempit agar tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Jilbab yang sempit dapat dikatakan sebagai “jilbab seksi” dan ini tentunya sangat tidak sesuai dengan syariat.
Usamah bin Zaid berkata: Rasulullah saw memakaikan aku pakaian Qibthiyah yang tebal yang dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau , maka aku memakaikan pakaian itu kepada istriku. Suatu ketika beliau bertanya: “Mengapa engkau tidak memakai pakaian Qibthiyah itu?” Aku menjawab: “Aku berikan kepada istriku”. Beliau berkata : “Perintahkan istrimu agar ia memakai kain penutup setelah memakai pakaian tersebut karena aku khawatir pakaian itu akan menggambarkan bentuk tubuhnya”. (Diriwayatkan oleh Adl Dliya Al Maqdisi, Ahmad dan Baihaqi dengan sanad hasan)

Tidak diberi wangi-wangian
Rasulullah saw bersabda: “Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian lalu ia melewati sekelompok orang agar mereka mencium wanginya maka wanita itu pezina.” (HR. An Nasai, Abu Daud)

Tidak diberi hiasan-hiasan
Jilbab yang tidak diberi hiasan lebih sederhana dan tentunya tidak sampai mengundang kaum pria melihatnya.
Allah swt berfirman: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)

(www.syahadat.com)



Selengkapnya...

Adab Hari Jum’at

Dari tujuh hari dalam seminggu, hari Jum’at memiliki keistimewaan tersendiri. Banyak ibadah yang dapat dilakukan pada hari Jum’at, selain tentunya kewajiban umat muslim untuk melakukan sholat Jum’at. Menurut sebuah riwayat, para malaikat membawa dan melaporkan amal ibadah manusia pada hari Jum’at. Itulah mengapa hari Jum’at sangat diagungkan oleh banyak umat muslim di dunia.

Begitu banyak keutamaan hari Jum’at, sehingga Rasulullah saw pun member petunjuk tentang bagaimana memuliakan hari Jum’at. Memperbanyak ibadah merupakan salah satu cara untuk memuliakan hari Jum’at. Berikut adalah tuntunan yang diberikan Rasulullah saw tentang cara-cara yang dapat kita lakukan untuk memuliakan hari tersebut, yang diambil dari majalah Al-Furqon.

1. Memperbanyak Sholawat Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)

2. Mandi Jumat
Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menggunakan Minyak Wangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid
Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)

5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib
Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)

6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah
“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat
Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)

8. Membaca Surat Al Kahfi
Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)

Sumber: Abu Abdirrohman Bambang Wahono (www.muslim.or.id)
Disadur dari (www.syahadat.com)




Selengkapnya...